Judul Buku : Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Penulis :
Nai’m Yusuf
Penerbit :
Maghfirah Pustaka
Tahun
Terbit : Cetakan Pertama, Mei 2016
Jumlah Halaman : xiv + 274
Dimensi
Buku : A5
ISBN :
979-25-2643-9
Harga
: Rp 65.000
Pertama kali saya melihat cover buku ini yang terlintas di dalam
benak saya adalah buku ini pasti membahas mengenai peristiwa 4 November 2016
dimana umat Muslim bersatu padu untuk menuntut keadilan atas pelecehan surat Al-Maidah ayat 51 oleh
pejabat pemerintah yang non Muslim.
Tapi perkiraan saya
ternyata salah, buku ini sudah lebih dahulu terbit sebelum aksi damai 4 November
dilakukan yaitu pada bulan Mei 2016. Penulisnya Na’im Yusuf seolah bisa membaca
konspirasi yang dirancang untuk menjatuhkan kaum Muslim dan membasmi asas
ajaran Islam dari akar-akarnya.
Melalui bukunya Na’im Yusuf juga memotivasi kita agar menjadi
Muslim yang pemberani karena kuat lemahnya sebuah bangsa diukur dari
kemampuannya mencetak laki-laki pemberani, apabila sifat beraninya terbentuk
dengan benar. Namun, di sisi lain, dia juga mampu menghancurkan sebuah bangsa
jika keberaniannya cenderung mengarah pada sikap merusak.
Secara alami,setiap orang pasti mempunyai perasaan takut. Namun,
perasaan takut yang ditanamkan Allah SWT ke dalam diri setiap manusia tidak
boleh mengalahkan keberanian kita dalam menegakkan kebenaran.
Untuk itu kita harus menyiapkan banyak bekal, diantaranya bekal
keimanan, akidah dan akhlak. Kita harus mengajarkan sikap adil dan jujur pada
seorang Muslim dan bersatu padu menyatukan kekuatan demi satu tujuan, satu
tekad dan satu semboyan yaitu bersegera kepada Nya dan mengharap keridhaan Nya.
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, “Sesungguhnya sikap pemberani adalah
kekuatan jiwa. Pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara yang mulia dan
menjauh dari hal-hal hina. Kekuatan yang menjadikannya besar meskipun dia
kecil, kaya dalam kemiskinannya, dan kuat dalam kelemahannya. Kekuatan yang
menjadikannya memberi sebelum menerima, melaksanakan kewajiban sebelum meminta
hak: Kewajiban terhadap Tuhannya, diri dan agamanya. Tidak akan berkembang
sikap peberani yang masih kosong dan mendidik para kesatria yang saleh. Kecuali dalam naungan
akidah yang kuat dan kemulian yang kukuh. (halaman 7)
Bab selanjutnya penulis mengajak kita untuk mengali lebih dalam
mengenai karakter pemberani. Dimana dalam buku ini terdapat 13 karakter
pemberani dan tiap karakter saling berkaitan antara satu dan lainnya.
13 Karakter seorang pemberani itu diantaranya: Ahli masjid,
berdakwah dengan penuh semangat, memiliki cita-cita yang tinggi, berdedikasi
untuk umat serta memberikan kemuliaan untuk Tuhan dan agama-Nya, memiliki sikap
berani, siap maju, rela berkorban, sabar dan teguh hati serta tidak
tergesa-gesa apalagi sampai melampiaskan
amarah untuk mengawal tegaknya kebenaran hingga tercapai tujuan membela Islam
dan eraih ridha Allah SWT.
Melalui buku ini juga kita diajak untuk menelusuri keteladanan
para nabi dan rasul-khususya Rasulullah saw, para sahabat Nabi, serta generasi as-Salaf ash-Shalih dalam menempatkan
keberanian mereka berdakwah, berjuang dan membela Islam.
Dengan membaca buku ini, kita akan mengerti ciri-ciri pemberani,
apa yang harus dilakukan untuk menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian dan
tantangan yang harus dihadapi para pemberani.
Keunggulan lain dari buku ini selain karena disajikan dalam
bahasa yang lugas dan mudah dimengerti, tema yang diangkat sangat menarik untuk dibahas dan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang ini
bahkan sepanjang masa.
Jadi seberapa berani kamu
membela Islam?
sama Mbak, saya kira juga ini ada kaitannya sama aksi bela islam dan demo2 itu, hehehe...
BalasHapusdan buat saya justru bahasa dalam buku ini "berat" maklum kalau soal agama saya masih awam dan kudu baca bolak-balik... :)
tapi sejauh ini memang setelah baca buku ini jadi punya semangat untuk terus membela agama, meski dengan hal kecil sekalipun yang saya bisa, seperti mendidik dan mengarahkan anak supaya mau sholat berjamaah ke mesjid sejak kecil...
Toss dulu kita sam
HapusKemarin baca ulasan buku ini juga di boognya teh okti. Sepertinya saya mulai penasaran maunbaca juga. Haha
BalasHapusAyo baca mbak biar nggak penasaran
HapusAwal judulnya kaget, kirain tentang aksi yang lagi marak,mb
BalasHapusJudulnya jual banget yaa mbak
Hapussaya merasa tertohok, sebererapa beraninya saya membela Islam.
BalasHapussama mmbak aku juga
HapusKena banget ini..wajib beli bukunya
BalasHapusayo beli bukunya :)
HapusIni keduakalinya saya baca tulisan yang mengulas buku ini. Jadi penasaran dengan bukunya...
BalasHapusayo mbakdibaca bukunya
HapusSepertinya cocok buat hadiah ke suami. Trus dia yang ceritakan isinya ke aku :D
BalasHapusha...3x,boleh3x
HapusMasya Allah, saya suka buku2 seperti ini mbak.
BalasHapusayo mbak dibaca bukunya nggak bakal nyesel lah
HapusKok kebetulan banget ya mbak, buku ini keluar berdekatan sama aksi damai itu? Hehehe.
BalasHapusTapi aku gak kepikir sih buku ini soal aksi damai, soalnya seingetku dulu pas ada yang nawarin di grup juga jauh-jauh hari sebelum aksi :)
aku baru tahu buku ini pas setelah aksi damai itu
HapusKok kebetulan banget ya mbak, buku ini keluar berdekatan sama aksi damai itu? Hehehe.
BalasHapusTapi aku gak kepikir sih buku ini soal aksi damai, soalnya seingetku dulu pas ada yang nawarin di grup juga jauh-jauh hari sebelum aksi :)
Aku kira ini tulisan tentang aksi 411 dan 212 deh mba, eh taunya udah lama terbit. Pas banget deh,
BalasHapusiya pas bangeet tau aja penulisnya gejolak di indonesia
HapusSamaa mba kirain dr judulnya , ini buka ada hubungannya dgn apa yg terjadi saat ini . Rekomen banget utk di baca ya mba. Hemm harus ke gramed nihh
BalasHapusrekom banget mbak endah
Hapussaya masih pengecut.. duh
BalasHapusseberapa beraninya saya membela Islam? Hanya Allah yang Maha Tahu... :)
sama mbak, ayo kita benahi diri agar menjadi lebih baik lagi
HapusBuku ini dibahas dengan baik oleh penulisnya ya mba :)
BalasHapusMenambah nilai keislaman ku nih mba
iya mbak aku juga
HapusMak jleb bgt, apalagi skrg carut Marut bangsa dengan krisis iman.Duh buku ini rekomen bgt lah.
BalasHapusiya mbak tanti
HapusTidak tergesa-gesa melampiaskan amarah. Ah tutup muka, jadi malu.
BalasHapus