Jumat, 20 Mei 2022

Review Aplikasi IDN App: Berbonus Cuan Mengasah Bakat di IDN Live


Zaman serba digital seperti sekarang ini semakin banyak situs berita baru yang bermunculan, semua aplikasi berita  tersebut berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam memberikan informasi terkini untuk pengunanya.

Selasa, 12 Juni 2018

Tumis bakso dan So Good Chicken Nugget

Pas Ramadhan kaya gini kalau saya sukanya masak yang praktis-praktis aja, nggak mau repot apalagi ribet. Kalau bisa  satu masakan itu bisa jadi sayur, kuah  dan lauk sekaligus, biar  nggak capek.

Jumat, 14 Juli 2017

Prive Uricran Solusi Anyang-anyangan


Anyang-anyangan salah satu indikasi kalau seseorang terkena infeksi saluran kemih. Ditandai dengan rasa ingin buang air kecil yang sering namun tidak tuntas bahkan terasa nyeri.

Selasa, 29 November 2016

Mencari Sosok Pemberani Untuk Membela Islam

                                                                                                                                                                    
Judul Buku               : Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Penulis                      : Nai’m Yusuf
Penerbit                    : Maghfirah Pustaka
Tahun Terbit             : Cetakan Pertama, Mei 2016
Jumlah Halaman     :  xiv + 274
Dimensi Buku           :  A5
ISBN                         : 979-25-2643-9
Harga                        : Rp 65.000

Sabtu, 23 Mei 2015

Mengenal Sosok Dr.Husaini Hasan

Alhamdulillah yaa tanggal 3 Mei kemarin resensi buku Dari Rimba Aceh ke Stockholm di muat di harian Singgalang. Ini penampakannya.


Judul Buku : Dari Rimba Aceh ke Stockhom
Penulis : Dr.Husaini M.Hasan Sp.OG
Penerbit: Batavia Publishing
Cetakan: Pertama, Januari 2015
Tebal : xxiii+509 halaman
ISBN:978-602-71-4200-8
Mengenal Sosok Dr.Husaini M. Hasan Sp.OG
Dr. Husaini M. Hasan, lelaki yang tidak banyak berbicara. Ia tahu kapan waktunya untuk mendengarkan dan kapan sebaiknya untuk mengeluarkan pendapat. Ia punya kesetiaan dan keteguhan yang luar biasa, itu nilai yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pejuang dan tentara sekelas Napoleon. Cara berpikirnya tenang dan tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat emosional, bahkan dalam situasi yan bahaya sekali pun.
Dia meninggalkan istri dan tiga anaknya yang masih kecil, ketika memutuskan bergabung di Aceh Merdeka setelah membaca buku Tengku Hasan M.di Tiro Atjeh bak Mata Donya atau Aceh di Mata Dunia.
Kehidupan baru yang dijalani oleh Dr. Husaini, alam gerilya sebuah kondisi yang tak menentu, penuh ancaman dan banyak rintangan. Seperti sebuah jalan yang tidak berujung. Segala sesuatu bisa saja terjadi, bahkan kematian selalu terlihat di mata. Sebelum keputusan perjuangan ini dia ambil kehidupannya baik-baik saja. Bisa bertemu dan bersosialisasi  dengan sahabat,  suasana kampus yang menyenangkan, karir yang mulai menanjak pesat.(halaman 54)
Kenyataan ini membuktikan bahwa gugurnya satu demi satu pejuang Aceh Merdeka di medan perang sebagian besar adalah rakyat biasa dan bukan militer. Mereka adalah sipil, penggagas Aceh Merdeka yang melawan tentara yang sudah terlatih untuk bertempur.(halaman 64)
Pejuang Aceh Merdeka melakukan revolusi ideologi di Iboih karena kondisi masyarakatnya yang kompak, tidak ada yang membuka rahasia. Sehingga keamanan Iboih tetap terjaga  dari incaran tentara. Bibit-bibit ideologi Aceh Merdeka disemaikan ke dada masyarakat di kampung-kampung oleh utusan  Aceh Merdeka dari segala penjuru.(halaman 126)
Tengku Hasan M. di Tiro menegaskan bahwa perjuangan Aceh Merdeka adalah perjuangan politik bukan perjuangan bersenjata. Indonesia mengubah perjuangan politik Aceh Merdeka menjadi perjuangan bersenjata. Kemudian mereka memburu dan menembaki pejuang Aceh Merdeka, tanpa peradilan dan kesempatan untuk membela diri.(halaman129)
Tengku Hasan M.di Tiro memutuskan mengirim Dr.Husaini ke Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika untuk mencari bantuan dan dukungan perjuangan Aceh Merdeka. Wali Negara mempersiapkan mission impossible ini dan berulang kali berdiskusi dengan Dr.Husaini untuk mengatur strategi dan membangun hubungan dengan UNO (PBB) lalu meyakinkan anggota PBB agar mau mengagendakan masalah Aceh dalam rapat General Assembly.(halaman 160)
Dr. Husaini baru menyadari tubuhnya telah berlumuran darah. Darah mengucur dari leher membasahi dada hingga bagian pinggang. Darah itu tidak terlihat karena baju yang dia kenakan juga berwarna merah. Ternyata Dr.Husaini tertembak di tiga tempat sekaligus yakni sebelah kanan, lambung kiri  yang letaknya hanya beberapa millimeter dari jantung, dan satu lagi di pangkal lengan kanan.(halaman 196)
Perjuangan Aceh Merdeka semakin terdesak, selama enam bulan Dr.Husaini dan Shaiman terkantung-kantung di Malaysia dalam kondisi tidak aman dan terkendala masalah ekonomi. Sementara komunikasi dengan Wali Negara tidak begitu lancar.
Mengingat keadaan yang semakin membahayakan. Dr.Husaini memutuskan untuk mencari bantuan kepada UNHCR. Swedia bersedia  sebagai  negara penerima suaka politik. UNHCR mempersiapkan kebutuhan untuk mengirimkan Dr. Husaini ke Swedia.(halaman 279)
Gus Dur bersedia memberikan kemerdekaan untuk bangsa Aceh, mengingat selama ini konflik berkepanjangan tidak kunjung selesai. Tapi, reaksi teman-teman seperjuangan di Aceh Merdeka benar-benar di luar dugaan. Semua bereaksi seolah-olah “It is too good to be true.”
Otobiografi Dr. Husaini M. Hasan Sp.OG ditulis secara detil berdasarkan urutan hari dan tanggal kejadian, sangat berani menyajikan fakta-fakta yang belum pernah diungkap di media mana pun.
Buku ini gaya penulisannya  sangat  berani namun mudah dicerna, membuat buku ini sesuai untuk dijadikan  literasi Politik dan sejarah di tanah air. Sehingga menjadikan buku ini sebagai sumber pengajaran dan inspirasi untuk semua kalangan.
Buat yang ingin mengirim resensi bisa check syarat-syaratnya disini,  oya sebaiknya  seh berlangganan epapernya dulu atau harus  punya teman yang berlangganan epaper harian Singgalang, untuk memudahkan mengetahui resensimu dimuat atau tidak

Selasa, 24 Februari 2015

Dinamika Negara Islam Kita


Judul Buku: Arsitek Peradaban Kumpulan Esai Penggugah Jiwa   
Pengarang:Anis Mata      
Penerbit :Fitrah Rabbani
Diterbitkan:Cetakan I,Juni 2006
Tebal Buku:xvi+135


Sinopsis di belakang buku       
 Arsitek Perdaban, Judul buku yang sangat mewakili kandungannya, karena benamg merah seluruh esai dari rubrik Syazarot Majalah Inthilaq ini sarat dengan muatan ideologis yang dipaparkan dengan cukuo cerdas, tanoa luapan emosional, diperkata pemikiran dan bahasa yang inklusif, lebih segar, dan tidak monoton. Selalu ada sesuatu yang baru yang kita dapatkan dari olah  bahasa yang dilakukannya. Ketika anda berhasil menyelami kandungan maknanya!Nisyaca Anda akan menjadi sosok manusia yang pantas untuk mengarsiteki sebuah peradaban yang dirindukan.
Ada enam bab pembahasan dalam buku ini dan masing-masing  bab terdiri dari enam sampai delapan buah pembahsan. Semuanya dipaparkan dengan logis dan begitu menyentuh hati. Tak salah jika kata pengantar  dari sang editor menyebut Anis Mata sebagai  Sang Gelombang. Kekayaan jiwa, keindahan pena, keluasan wawasan, keluwesan gaya bahasa, telah melahirkan kata-kata yang menghujam, pikiran-pikiran yang sangat tajam, dalam ungkapan-ungkapan yang bertenaga.
Membaca buku ini membuatku merenung tentang Islam, persatuan, ghawzul fikri dan banyak hal sesuai uraian yang dibahas dalam buku ini.  Betapa polemik itu seolah tak pernah berakhir. Betapa Islam begitu mudah dipecah belah hanya karena suatu perbedaan  kecil membuat kita memerangi saudara kita pemeluk  Islam lainnya. Potret buram negara Islam yang dipenuhi darah dan air mati yang seolah tiada henti. Walau buku ini sudah ditulis dari tahun 2006 tapi permasalahan  di dunia Islam  masih saja terus terjadi.
Inilah dunia Islam kita: anak-anak Palestina yang terpaksa mengambil peran orang tua mereka dalam menghadapi agresor Yahudi, penindasan rakyat Muslim Philipina yang tak kunjung selesai, dan Affghanistan yang harus memulai dari nol setelah Soviet memporak-porandakannya.
Inilah dunia Islam kita: negara-negara Teluk  tak pernah dingin, skenario musuh-musuh Islam memecah belah atas nama teritorial, dan Mesir kini mencari gara-gara dengan tetangganya, Sudan, atas nama perbatasan. (hal 4).
Ada banyak faktor yang sering mengoyak persatuan kita, misalnya kebodohan, ashabiyah, ambisi, dan konspirasi dari pihak luar. (hal.63)
Ketika kekalahan, tragedi, kelaparan, dan pembantaian mendera jasad Islam kita, kita selalu menyoal dua hal: konspirasi Barat dan lemahnya persatuan umat Islam.(hal.63)
Di bab tsaqafatuna, esai keempat di bab ini yang membahas Al-Badailul Islamiyah.  Ada satu sisi positif dari sejumlah kekhawatiran Barat terhadap Islam, jika yang terakhir ini diberi kesempatan eksis dan berkuasa. Benarkah Islam mampu memberi yang lebih baik bagi dunia? Mampukah kaum Muslim merealisasikan Islam dalam dunia nyata? (hal 69).
Pada tahap keyakinan, bingkai itu pun barangkali dapat dijawab sederhana: bisa. Tapi,secara internal, pertanyaan itu nampaknya tidak bisa terlalu disederhanakan. Sebab, di sini, pertanyaan tidak secara an sich. ditunjukan dalam bentuk  format-format pemikiran (shiyaghah fikriyah), sistem (shiyaghah manhajiyah), politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, teknologi, hubungan antarbangsa dan sebagainya. (hal 69)
Semakin banyak saya menghayati setiap esai dalam buku ini, semakin saya ingin menulis semua kalimat yang tertulis dalam buku ini sebagai kutipan kata pengugah jiwa  Islam kita. 
 Mari kita berusaha menghapus image jelek yang seing disematkan kepada pemeluk Islam sebagai teroris, penebar kebencian dengan menebarkan kedamaian. Semoga suatu saat nanti kita akan sampai kepada Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.


















Jumat, 23 Januari 2015

Mommylicious Membuatku Sadar Nikmatnya Menjadi Ibu

Membaca buku mommylicious membuatku  merasa memutar ulang rekaman  kenangan, dari  mulai pertama kali dinyatakan hamil, kemudian menjadi ibu, dilema menyusui, dan berbagai pengalaman lainnya seperti yang dituliskan oleh mbak Arin dan mbak Rina ke dalam lima bab  cerita di buku mommylicious.
Aku benar-benar menikmati setiap cerita di buku ini yang ditulis jujur, apa adanya namun banyak sekali ilmu yang dapat dipetik, dan tanpa sadar aku membandingkan  pengalamanku dengan pengalaman mbak Arin dan mbak Rina Susanti dibuku ini.
Well, aku juga ibu dari dua orang anak, pernah bekerja dan juga seorang   blogger tapi ada beberapa hal yang membedakan aku dan dua blogger hebat ini. Salah satunya adalah bagaimana mereka begitu menikmati perannya sebagai ibu dengan segala keribetan yang harus dialami dan pengorbanan yang dilakukan untuk menjadi seorang ibu. 
Membuatku  tertampar dan merasa malu, karena jujur saja dulu waktu pertama kali punya anak aku sangat ingin sekali kembali untuk bekerja dibandingkan  menjadi full mom mengurus anakku (walaupun mempunyai anak membuatku bahagia).
Kami berdua sudah mempersiapkan diri dari awal kami menikah untuk menjadi orang tua baru. Faktanya ketika hal itu benar-benar terjadi, dan dinyatakan positif hamil,  Aku belum siap untuk tanggung jawab besar itu, aku belum siap ketika harus berhenti berkerja dan benar-benar tergantung pada penghasilan suami. Aku belum siap jika ada orang bertanya padaku apa pekerjaan dan kegiatanku sekarang dan aku harus menjawab aku ibu rumah tangga sejati dan mereka  menanggapinya dengan  jawaban "Oh" dan buru-buru mengalihkan pertanyaan dan tatapan matanya ke arah lain.Seolah-olah menjadi full mom tak ada artinya.
Ketika Vinka lahir stressku juga belum reda malah bertambah, yang menyebabkan ASIku tidak keluar seperti yang dialami mbak Rina Susanti, bahkan di hari kedua usia Vinka, suami  membelikan susu formula sebagai antisipasi jika ASIku tak keluar juga. Tapi syukurlah ASIku akhirnya keluar  dan Vinka sama sekali tak perlu tambahan sufor sampai akhirnya dia harus disapih).
Rasa takut menguasaiku membuatku menjadi mrs.drama queen, cepat nangis dan tersinggung  terlebih lagi aku dan keluarga kecil kami  masih tinggal di rumah mertua. Membuatku merasa tertekan, takut melakukan kesalahan, takut mertua nggak suka, dsb, rasa takut dan obsesi ingin tampil sempurna di mata mertua itu yang justru membuatku  sering melakukan kesalahan dan tidak menikmati tingkah pola anak-anakku yang manis. Seperti Vinka yang sering memberikanku bunga, Shidiq yang sering membanjiriku dengan pelukan dan ciumannya meski aku belum mandi.

  • Aku selalu stress ketika anak-anak berantem, yaa rebut mainan, makanan, perhatian, atau nanggis teriak-teriak.(pertama kupikir anakku saja  yang suka berantem, dan aku ibu yang gagal tidak mendidik mereka dengan baik), tapi ternyata itu hal yang wajar mbak Arin dan mbak Rina Susanti juga mengalaminya).
  • Aku stress ketika anak membuat berantakan rumah. (Sebelum kami  memiliki anak, rumah mertua  selalu bersih bahkan beberapa kali dijadikan  sebagai contoh rumah sehat mewakili desa kami).
Melanjutkan kembali membaca buku Mommylicius membuatku tersenyum dengan pengalaman Mbak Arin ketika menyusui anak-anaknya. Posisi nungging ketika menyusui Asa dan posisi 69 ketika menyusui Cinta, aku juga pernah  merasakan pengalaman itu sewaktu menyusui Vinka dan Shidiq. 
cerita mengenai pertanyaan nakalnya, mbak Arin tentang siapa yang lebih dia cintai antara  Asa dan Cinta, membuat ingatanku  meloncat kembali ke pengalamanku sendiri pada tanggal 12 April 2012, gempa 8,5 skala ritcher kembali menguncang Aceh dan berpotensi tsunami.
Segera setelah gempa  berhenti aku memasukan semua barang yang kuanggap berharga dan perlengkapan Vinka dan Shidiq secukupnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sinyal hp hilang, aku tak bisa menghubungi suami mengabarkan keadaan kami, Shidiq masih berusia 2 bulan dan Vinka 2,4 tahun saat itu. Di tengah kebingunganku harus mengungsi pakai kendaraan apa (sedangkan aku tak pandai bawa kendaraan selain sepeda) adikku dan dua anaknya yang SD sudah standby di atas motor hendak mengungsi dan mengajakku  untuk naik ke motornya. Kutitipkan Shidiq sebentar ke neneknya yang sedang  menunggu kakek mengeluarkan mobil. Neneknya meyarankan agar kami mengunsgi naik mobil kakek  Segera kunaikan Vinka ke atas motor, Sempit sekali motor itu dinaiki kami berlima. Neneknya meyarankan agar kami menggunakan mobil saja, tapi pengalaman tsunami yang lalu, mobil tidak cukup cepat untuk menghindari kemacetan orang yang mengungsi lainnya dan juga gelombang tsunami.
Keputusan sulit harus kulakukan dan aku memutuskan, Shidiq  ikut bersamaku, sehingga jika pun kami memang ditakdirkan untuk mati karena tsunami, kami akan mati bersama-sama. Sepanjang jalan aku menangis, membayangkan apa kakek neneknya akan selamat? Apa kami akan selamat? 
Baru 300 meter kami naik motor kemacetan sudah menghadang, sungguh tidak mudah naik sepeda motor berenam dan juga membawa barang bawaan. Pegal karena harus membawa ransel penuh barang, sementara tangan kiriku mengendong Shidiq dan tangan kananku menahan badan Vinka yang mulai mengantuk.
Diantara kemancetan ada seorang ibu  dengan seorang anak TK  yang juga terjebak kemancetan, dia menegurku dan membuatku sedih dan marah. 
"Bu, Sayang anaknya" sambil matanya memperhatikan Shidiq. Kalau aku bisa tentu aku akan memilih kendaraan yang lebih nyaman namun cepat untuk Shidiq dan Vinka, tapi kenyaataannya inilah kendaraan yang tercepat pada saar itu yang bisa membawa kami pergi ke tempat lebih aman, justru karena aku sayang anakku makanya aku mau repot  dan bersusah payah seperti ini. Karena aku sayang, aku tak mau berpisah darinya.(Ibu itu pasti belum pernah dikejar air tsunami, sehingga tidak tahu  bagaimana cepatnya air itu datang dan menghancurkan). Bagaimana jika posisi ibu itu berada di posisiku apa dia akan senang jika ada orang menegur seperti itu?
Gempa kuat masih saja terjadi hingga sore hari, tapi alhamdulillah tidak diiringi tsunami dan dari kejadian itu aku bisa mengukur, betapa aku tak bisa pisah dan sayang kedua anakku.
 Dari cerita curhat Si Mbak, juga membuatku merenung, sudah baikah aku sebagai ibu? dan masih banyak cerita lainnya yang juga mengaduk emosiku.
Betapa banyak sekali keputusan-kepotusan sulit yang harus dilakukan seorang ibu, meskipun dia tidak suka melakukannya tapi dia harus menjalaninya. Jadi stop menghakimi dan menilai keputusan yang diambil seseorang terutama seorang ibu sebelum kamu menempatkan diri diposisinya.
Thanks god i read this book, membuatku tersadar dari obsesi gila, untuk menjadi supermom, ibu yang sempurna yang mampu mengatasi segalanya  yang justru malah merubahku menjadi ibu yang galak dan menyebalkan.
Membaca buku ini seolah aku sedang melakukan terapi dengan seorang psikolog,yang menghipnotisku di setiap cerita dan membiarkanku  tenggelam dalam setiap cerita yang ditulis dan sekaligus kenangan yang kupunya dan berkata
"It's ok  not to be a perfect mother as long as you always try to be a good one."
Mommylicious membuatku merasa tidak sendiri, ternyata ada ibu-ibu yang lain juga mengalami perasaan, pengalaman dan masalah yang  sama bahkan lebih berat dari yang kualami.

Dan seolah menemukan obat untuk resahku, sebagai seorang ibu dengan begitu banyak kekurangan hatiku menjadi tenang seiring habisnya cerita yang kubaca di dalam buku ini Berkat buku ini membuatku lebih menikmati saat bersama anak-anak dan keluarga dibandingkan sebelumnya.
Oya, aku juga punya cerita  waktu pertama kali buku ini nyampe di rumah. Vinka (5thn, dah bisa baca) langsung tertarik untuk membacanya karena cover bukunya yang unyu-unyu( ilustrasi gambar kartun


Serius sekali  Kakak Vinka  baca buku Mommylicius


Gaya Vinka waktu baca cerita Mommylicius keras-keras



Tulisan ini diikut sertakan dalam