Jumat, 04 Juli 2014

Don't Cry Cinta itu Bertahan Meski Dia Terluka



Judul Buku      : Don’t Cry
Penerbit           : de Teens
Penulis             : Adytya Fitriani
Genre              : Romance
Tahun terbit     : Maret 2014
Tebal buku      : 244
ISBN               : 978-602-255-412-7
Harga Buku     : Rp. 44.000

Cinta selalu indah untuk dibahas dan diperbincangkan. Cinta pertama, cinta sejati, cinta terakhir semua sangat berarti  membuat hidup orang yang mengalaminya penuh warna seperti pelangi.
Walau kadang kisah cinta yang dialami penuh rintangan,  air mata serta luka.  Ketika cinta tak berjalan sesuai harapan atau khayalan. Bahagia,  tetap bisa diraih jika mau berusaha menjaga cinta itu tetap suci dan berada di jalurnya.
Mengambil setting di Jepang,  dua tokoh utama dalam novel ini Takeru dan Hikari mengalami kisah cinta yang penuh  lika-liku.Takeru yang popular dan dinobatkan sebagai lelaki tertampan di angkatannya, tak sengaja menabrak Hikari di hari penerimaan siswa baru


Alur ceritanya menarik sepanjang membaca buku ini, saya selalu menembak alur ceritanya pasti begini ternyata saya salah. Penulis mengemas alurnya dengan baik sekali.
Sejak pertama melihatnya Takeru langsung jatuh hati pada Hikari. Sempat terlintas rasa ragu di hati Takeru untuk mengutarakan perasaannya. Karena menurut Ken sahabatnya, waktu SMP ada beberapa lelaki yang mengutarakan perasaannya  pada Hikari namun tidak ada satu pun yang diterima oleh perempuan itu (halaman 7).
Tak terasa hubungan mereka menginjak usia dua tahun.  Ternyata Hikari merasakan perasaan yang sama pada Takeru. Tak ada pertengkaran yang berarti selama menjalani hubungannya dengan Takeru .Mereka memang pasangan serasi yang membuat banyak orang merasa iri.
Musim Semi tahun depan mereka bukan anak SMA lagi. Perubahan pasti  akan terjadi, ketakutan menjadi dewasa  dan kehilangan kebersamaan  yang ada membuat  Hikari risau akan jarak  yang mungkin terbentang diantara mereka. Takeru berjanji mereka akan selalu memiliki untuk menenangkan hati Hikari.
Konflik dimulai ketika Hikari berbohong untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka. Siapa sangka kebohongan Hikari untuk memberikan kejutan hadiah ulang tahun Takeru berakibat fatal. Hikari mengalami kecelakaan yang menyebabkan ginjalnya sobek, kaki kirinya hampir diamputasi dan komplikasi di dalam otaknya.
Sebulan setelah Hikari koma dokter menyarankan agar support lifenya dicabut. Orang tua Hikari yang menderita melihat putrinya tak kunjung bangun pun menyetujuinya. Tapi Takeru menentang habis-habisan keputusan itu, dia  yakin  suatu hari nanti Hikari akan bangun (halaman 83).
Hikari akhirnya sadar setelah dua bulan koma tapi Takeru  benar-benar menghilang sulit untuk menemukan jejaknya. Padahal selama dia koma suster yang merawat Hikari bilang Takeru begitu setia menemaninya. Semua membuat Hikari bingung. Apa yang sebenarnya disembunyikan, mengapa ibu selalu salah tingkah setiap kali ditanya mengenai Takeru?
Tiga bulan berlalu dengan cepat namun belum juga ada kabar dari Takeru. Hikari terus mencari jejak Takeru tata usaha sekolah mengatakan, Takeru tidak pernah benar-benar mengundurkan diri dari sekolah. Ia hanya  tiba-tiba menghilang dan tak pernah datang lagi ke sekolah hingga hari ini. (halaman 87).
Terlalu banyak hal yang membuat Hikari sulit menghapus jejak Takeru dari pikirannya. Apalagi mereka nyaris bersama hampir setiap hari. Kalaupun ada waktu  di mana mereka tidak bersama, telepon akan selalu ada untuk menghapus kerinduan.
Dua tahun berlalu Takeru masih menghilang, entah sampai kapan. Hikari  masih berusaha mencari jejaknya walaupun hasilnya nihil dan selalu mengalami jalan buntu. Hampir setiap minggu Hikari mengirimkan sebuah surat dan meletakannya di kotak pos rumah Takeru meskipun rumah itu sudah kelihatan kosong.
Konflik lain terjadi ketika Ryu-kun hadir. Laki-laki itu tak pernah lepas dari pandangan Hikari belakangan ini. Ia selalu berada di tempat di mana Hikari berada. Semakin Hikari menjaga jarak dengan Ryuu-kun, semakin dia berusaha untuk dekat. Benar-benar lelaki pemaksa dan tak mudah menyerah. Sepertinya dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanya pada Hikari (halaman 104).
Setelah dua tahun berlalu akhirnya dengan wajah terlihat  cemas dan senyuman kecil untuk menutupi rasa gelisanya,  ibu Hikari menyerahkan  sebuah buku bewarna coklat. Mirip agenda  atau malah diary. Air mata Hikari langsung tumpah ketika membaca nama pemilik buku itu (halaman113).
Dari novel ini pembaca bisa memetik pelajaran mengenai cinta. Lelah, jatuh bangun karena cinta  terkadang harus dilakoni.  Kesetiaan dan perjuangan demi cinta akhirnya berbuah dengan kebahagian. 
Kelemahan dari novel ini mungkin hanya  pada setting tempat yang belum diolah dengan maksimal seperti ketika berkencan mereka malah makan di MCD  masih bisa diekplore dengan  berkencan di tempat rekreasi di Jepang dan memakan  makanan khas Jepang seperti mi ramen dan bercerita mengenai cita rasa makanannya.